Sabtu, 11 Februari 2012

INVESTIGASI PENGENDALIAN DAN PENCEGAHAN WABAH

Selamat membaca, dan semoga ilmu ini bemanfaat bagi kita semua.

Definisi Wabah
1)Berdasarkan KBBI : Wabah berarti penyakit menular yang berjangkit dengan cepat, menyerang sejumlah besar orang di daerah yang luas. 
2)UU RI No 4 th. 1984 tentang wabah penyakit menular :        Wabah adalah kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi dari pada keadaan yang lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka
3)Benenson, 1985 : Wabah adalah terdapatnya penderita suatu penyakit tertentu pada  penduduk suatu daerah, yang nyata‑nyata melebihi jumlah yang biasa  
4)Last 1981 : Wabah adalah timbulnya kejadian dalam suatu masyarakat, dapat berupa penderita penyakit, perilaku yang berhubungan dengan kesehatan, atau kejadian lain yang berhubungan dengan kesehatan, yang jumlahnya lebih banyak dari keadaan biasa
5)Soemirat, 2000 : Keadaan dimana didapat frekuensi penyakit melebihi frekuensi biasa, atau dalam waktu yang singkat terdapat penyakit yang berlebih. Atau dalam rumus : Xi > Xr + 2SD Dimana : a)Xi  =  angka sakit saat I b)Xr  =  angka rata-rata tahun yang lalu, untu periode waktu yang sama c)SD =  standar deviasi untuk periode tersebut
6)Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Pemukiman 1981 : Wabah adalah peningkatan kejadian kesakitan atau kematian yang telah meluas secara cepat, baik jumlah kasusnya maupun daerah terjangkit.

Alasan menyelidiki kemungkinan wabah : 1)Mengadakan penanggulangan dan pencegahan 2)Kesempatan mengadakan penelitian dan pelatihan 3)Pertimbangan Program 4)Kepentingan Umum, Politik dan Hukum.
Langkah-Langkah Investigasi Wabah :  
Langkah 1: Persiapan Investigasi di Lapangan
tiga kategori:  
a)Investigasi (pengetahuan ilmiah yang sesuai, perlengkapan dan alat) 
b)administrasi (prosedur administrasi 
c)Konsultasi (peran masing-masing petugas yang turun ke lapangan).  
Langkah 2: Memastikan adanya Wabah : Menentukan apakah jumlah kasus yang ada sudah melampaui jumlah yang diharapkan. Dilakukan dengan membandingkan jumlah yang ada saat itu dengan jumlahnya beberapa minggu atau bulan sebelumnya, atau dengan jumlah yang ada pada periode waktu yang sama di tahun-tahun sebelumnya.  
Langkah 3: Memastikan Diagnosis            :  
Tujuan dalam pemastian diagnosis adalah 
1)Untuk memastikan bahwa masalah tersebut telah didiagnosis dengan patut  
2)Untuk menyingkirkan kemungkinan kesalahan laboratorium yang menyebabkan peningkatan kasus yang dilaporkan
Ketentuanya : 
a)Semua temuan klinis harus disimpulkan dalam distribusi frekuensi  :Distribusi ini penting untuk menggambarkan spektrum penyakit, menentukan diagnosis, dan mengembangkan definisi kasus 
 b)kunjungan terhadap satu atau dua penderita
Langkah 4a: Membuat Definisi Kasus : Definisi kasus meliputi kriteria klinis dan terutama dalam penyelidikan wabah dibatasi oleh waktu, tempat dan orang. Bila penyakitnya belum terdiagnosis, diagnosis kerja dibuat berdasarkan gejala‑gejala yang paling banyak diderita, sedapat mungkin yang dapat menggambarkan proses penyakit yang pathognomonis, dan cukup spesifik.  
Level Kasus :  
a)Kasus Pasti (Confirmed): Harus disertakan pemeriksaan lab hasil +  
b)Kasus Mungkin (Probable): Harus memenuhi semua ciri klinis penyakit, tanpa pemeriksaan lab  
c)Kasus Meragukan (Possible): Biasanya hanya memenuhi sebagian gejala klinis saja.  
Langkah 4b: Menemukan dan Menghitung Kasus : dikumpulkan informasi berikut ini dari setiap kasus:  
a)Data indentifikasi nama, alamat, nomor telepon  
b)Data demografi-- umur, jenis kelamin, ras, dan pekerjaan 
c)Data klinis 
d)Faktor risiko = harus dibuat khusus untuk tiap penyakit 
e)Informasi pelapor untuk mencari informasi tambahan atau memberikan umpan balik
Langkah 5: Epidemiologi Deskriptif : Studi tentang kejadian penyakit atau  masalah lain yang berkaitan dengan kesehatan pada populasi. Umumnya berkaitan dengan ciri-ciri dasar seperti umur, jenis kelamin, pekerjaan, status sosial ekonomi, dan lokasi geografiknya. Berdasarkan :Orang, Tempat, Waktu. (Memafaatkan kurva epidemi). 
Langkah 6: Membuat hipotesis :  
Formulasikan hipotesis
a)meliputi sumber agen penyakit 
b)cara penularan (dan alat penularan atau vektor) 
c)dan pemaparan yang mengakibatkan sakit
Hipotesis dapat dikembangkan dengan cara:  
a)Mempertimbangkan apa yang diketahui tentang penyakit itu: 
-Apa reservoir utama agen penyakitnya? 
-Bagaimana cara penularannya? 
-Bahan apa yang biasanya menjadi alat  penularan? 
-Apa saja faktor yang meningkatkan risiko tertular?
b)Wawancara dengan beberapa penderita
c)mengumpulkan beberapa penderita untuk mencari kesamaan pemaparan 
d)Kunjungan rumah penderita  
e)Wawancara dengan petugas kesehatan setempat   
f)Epidemiologi diskriptif  
Langkah 7: Menilai Hipotesis : Dalam penyelidikan lapangan, hipotesis dapat dinilai dengan salah satu dari dua cara ini:  
1)Dengan membandingkan hipotesis dengan fakta yang ada, atau  
2)Dengan analisis epidemiologi untuk mengkuantifikasikan hubungan dan menyelidiki peran kebetulan. 
Langkah 8: Memperbaiki Hipotesis dan mengadakan Penelitian tambahan :  
1)Penelitian Epidemiologi : epidemiologi analitik  
2)Penelitian Laboratorium dan Lingkungan : Pemeriksaan serum , Pemeriksaan tempat pembuangan tinja.  
Langkah 9: Melaksanakan Pengendalian dan Pencegahan : pengendalian seharusnya dilaksanakan secepat mungkin. upaya penanggulangan  biasanya hanya dapat diterapkan setelah sumber wabah diketahui. Pada umumnya, upaya pengendalian diarahkan pada mata rantai yang terlemah dalam penularan penyakit. Upaya pengendalian mungkin diarahkan pada agen penyakit, sumbernya, atau reservoirnya.  
Langkah 10: Menyampaikan Hasil PenyelidikanPenyampaian hasil dapat dilakukan dengan dua cara: 
(1) Laporan lisan pada pejabat setempat, dilakukan di hadapan pejabat setempat dan mereka yang bertugas mengadakan pengendalian dan pencegahan 
(2) laporan tertulis.  

Penyampaian hasil penyelidikan
1)Laporan harus jelas, meyakinkan, disertai rekomendasi yang tepat dan beralasan 
2)Sampaikan hal-hal yang sudah dikerjakan secara ilmiah; kesimpulan dan saran harus dapat dipertahankan secara ilmiah 
3)Laporan lisan harus dilengkapi dengan laporan tertulis, bentuknya sesuai dengan tulisan ilmiah (pendahuluan, latar belakang, metodologi, hasil, diskusi, kesimpulan, dan saran) 
4)Merupakan cetak biru untuk mengambil tindakan 
5)Merupakan catatan dari pekerjaan, dokumen dari isu legal, dan merupakan bahan rujukan apabila terjadi hal yang sama di masa datang.  

Laporan Tertulis :  
a. Pendahuluan (gambaran peristiwa)  
b.Latar belakang (geografis, politis, ekonomis, demografis, historis)  
c.Uraian tentang investigasi yang dilakukan (alasan, metode, sumber informasi) 
d.Hasil investigasi (fakta, karakteristik kasus, angka serangan, tabulasi, kalkulasi, kurva, pemeriksaan laboratorium, kemungkinan sumber infeksi, suspek suatu sumber penularan, dan lain-lain) 
e.Analisis data dan simpulan 
f.Uraian tentang tindakan (penanggulangan) 
g. Uraian dampak, terdiri dari ; *)Populasi: è akibat kesehatan, hukum, ekonomis, **)Tindakan penanggulangan terhadap ***)Populasi èstatus kekebalan, cara hidup ****)Reservoir è jumlah, distribusi *****)Vektor è jumlah, distribusi ******)Penemuan penyebab menular baru 
 h.Saran (perbaikan prosedur surveilens dan penang-gulangan di masa depan 

Memastikan Adanya Wabah : Menentukan apakah jumlah kasus yang ada sudah melampaui jumlah yang diharapkan. Dilakukan dengan membandingkan jumlah yang ada saat itu dengan jumlahnya beberapa minggu atau bulan sebelumnya, atau dengan jumlah yang ada pada periode waktu yang sama di tahun-tahun sebelumnya.  

Sumber Informasi : Sumber informasi bervariasi bergantung pada situasinya
Ketentuanya : 
a)Untuk penyakit yang harus dilaporkan, digunakan catatan hasil surveilens 
b)Untuk penyakit/ kondisi lain, digunakan data setempat yang tersedia 
c)Bila data lokal tidak ada, dapat digunakan rate dari wilayah di dekatnya atau data nasional 
d)Boleh juga dilaksanakan survei di masyarakat untuk menentukan kondisi penyakit yang biasanya ada. 

Pseudo Epidemik : Bila jumlah kasus yang dilaporkan melebihi jumlah yang diharapkan, kelebihan ini tidak selalu menunjukkan adanya wabah. Peningkatan yang demikian disebut Pseudo Epidemik, contohnya: 
1)Perubahan cara pencatatan dan pelaporan penderita 
2)Adanya cara diagnosis baru 
3)Bertambahnya kesadaran penduduk untuk berobat 
4)Adanya penyakit lain dengan gejala yang serupa 
5)Bertambahnya jumlah penduduk yang rentan.  

Kriteria Untuk Menentukan KLB :  
1)Timbulnya suatu penyakit menular yang sebelumnya tidak ada atau tidak dikenal di suatu daerah 
2)Adanya peningkatan kejadian kesakitan atau kematian dua kali atau lebih dibandingkan jumlah kesakitan atau kematian yang biasa terjadi pada kurun waktu sebelumnya (jam, hari, minggu) bergantung pada jenis penyakitnya 
3)Adanya peningkatan kejadian kesakitan secara terus menerus selama 3 kurun waktu (jam, hari, minggu) berturut-turut menurut jenis penyakitnya

Deskripsi Wabah : Deskripsi wabah didasarkan atas data dari ketiga kategori : 1)Whoatribut orang/host 2)Where atribut tempat 3)Whenatribut waktu yang diperoleh melalui wawancara dengan penderita. 

Kategori who/atribut orang : Ciri Inang: a)Umur ; Umur merupakan salah satu faktor yang menentukan penyakit, karena mempengaruhi: -Daya tahan tubuh. -Pengalaman kontak dengan penyakit. b)Jenis Kelamin; Ras/ suku; dsb. Faktor-faktor ini digambarkan apabila diduga ada perbedaan risiko diantara golongan-golongan dalam faktor tsb. Di negara-negara multirasial, gambaran penderita berdasarkan ras sering ditampilkan. Adanya perbedaan cara hidup, tingkat sosial ekonomi, kekebalan, dsb. Lingkungan pergaulan yang memungkinkan kontak dengan sumber penyakit c)Berdasarkan pemaparan: Pekerjaan, Rekreasi, Penggunaan obat-obatan. Kedua kelompok (berdasarkan ciri inang atau pemaparan) mempengaruhi kepekaan dan risiko pemaparan. Ciri lain yang juga diselidiki: jenis penyakit dan kejadian wabah.  
Kategori where/atribut tempat : Memberikan informasi tentang luasnya wilayah yang terserang. Menggambarkan pengelompokkan atau pola lain ke arah penyebab. Berupa: Spot map atau area map. a)Spot map: peta sederhana yang berguna untuk menggambarkan tempat para penderita tinggal, bekerja, atau kemungkinan terpapar. b)Area map: menunjukkan insidens atau distribusi kejadian pada wilayah dengan kode/ arsiran. Mencantumkan angka serangan (rate) untuk masing-masing wilayah.  
Kategori when/atribut waktu : Atribut waktu didapat dengan menanyakan kapan terjadi penyakit. Periode inkubasi terutama bisa didapat dari atribut waktu ini.

Kurva Epidemi : Gambar perjalanan suatu letusan, berupa histogram dari jumlah kasus berdasarkan waktu timbulnya gejala pertama.Apabila atribut orang dan waktu dikombinasikan maka bisa diperoleh kurva insidensi epidemi (wabah)Manfaat Kurva Epidemi : a)Mendapatkan Informasi tentang perjalanan wabah dan kemungkinan kelanjutan b)Bila penyakit dan masa inkubasi diketahui, dapat memperkirakan kapan pemaparan terjadi à memusatkan penyelidikan pada periode tersebut c)Kesimpulan pola kejadian -- apakah bersumber tunggal, ditularkan dari orang ke orang, atau campuran keduanyaCara mengartikan kurve epidemi : Pertimbangkan bentuknya. Bentuknya ditentukan oleh: cara penularan & periode pemaparan
Modelnya yaitu : 
1)Point source epidemic : adalah salah satu jenis common source epidemic yang memiliki periode pajanan yang singkat dan semua kasus terjadi dalam 1 periode inkubasi. Pemaparan bersumber  tunggal   dan waktu yang singkat  
2)Intermittent common source epidemic : Kurva dengan puncak yang irregular yang menggambarkan waktu dan lama paparan. Lama pemaparan dan jumlah orang yang terpapar tak beraturan besarnya  
3)Continuous common source epidemic : Periode pemaparan yang memanjang menyebabkan kasus bertambah secara bertahap. kurve membentuk plateu (datar)  
4)Propagated epidemic : Penularan dari orang ke orang. Berpuncak banyak. Berjarak 1 masa inkubasi.

Masa Inkubasi : Waktu antara masuknya agen penyakit sampai timbulnya gejala pertama. Cara menghitung masa inkubasi
Contoh: Sepuluh orang menderita diare akibat keracunan makanan yang diperkirakan terjadi pada saat makan siang, tanggal 1 Maret 1997, jam 13.00. 
Saat timbulnya gejala pertama adalah sebagai berikut: 
1)tanggal 1 Maret jam 24.00 
2)tanggal 1 Maret jam 18.30 
3)tanggal 2 Maret jam 01.00 
4)tanggal 1 Maret jam 21.00 
5)tanggal 1 Maret jam 16.00 
6)tanggal 1 Maret jam 19.00 
7)tanggal 1 Maret jam 19.00 
8)tanggal 1 Maret jam 20.00 
9)tanggal 1 Maret jam 19.00 
10)tanggal 1 Maret jam 18.00.  
Tentukan masa inkubasi terpendek, terpanjang, dan median masa inkubasi? 
Jawaban : Masa inkubasi terpendek adalah 3 jam (kasus no. 5) dan yang terpanjang 12 jam (kasus no. 3)
Penyelesaian : Median kelompok ini terletak pada penderita no. 5 1/2 ( berasal dari (n +1)/2 , yang dalam hal ini (10 + 1)/2, Sehingga median masa inkubasinya adalah jarak antara, jam 13.00 ke jam ( 19.00 + 19.00 ) / 2  = 19.00 yaitu 6 jam

Manfaat diketahuinya masa inkubasi
1)Bila penyakit belum diketahui, informasi tentang masa inkubasi bersama diagnosis penyakit dapat mempersempit differential diagnosis 
2)Untuk memperkirakan saat terjadinya penularan. Rumus Median untuk data berkelompok : Median = B + [(Pm – f) / (fm – f)] x i ; B=batas atas dari kelas dibawah kelas median, Pm=posisi median, f=frekuensi kumulatif dari kelas dibawah median, fm=frekuensi kumulatif dari kelas median, I = besarnya interval kelas.

Pengendalian Wabah : Pengendalian seharusnya dilaksanakan secepat mungkin. Upaya penanggulangan  biasanya hanya dapat diterapkan setelah sumber wabah diketahui. Pada umumnya, upaya pengendalian diarahkan pada mata rantai yang terlemah dalam penularan penyakit. Upaya pengendalian mungkin diarahkan pada agen penyakit, sumbernya, atau reservoirnya. 

Alternatif pengendalian wabah : 
1)Pengendalian sumber agent
a)Pengobatan penderita 
b)Isolasi penderita 
c)Pengendalian reservoir hewan 
d)Deteksi kasus secara aktif  
2)Hilangkan transmisi (putus mata rantai)  : 
a)Higiene perseorangan 
b)Pengendalian vektor 
c)Desinfeksi, sterilisasi 
d)Cegah penjalaran  
3)Tingkatkan kekuatan host
a)Imunisasi 
b)Sanitasi lingkungan 
c)Perlindungan 
d)Profilaksis kimiawi 
e)Nutrisi.

Pencegahan Wabah
Tujuan : mencegah agar wabah tidak terulang lagi. Usaha pencegahan dikategorikan menjadi empat:
1)Pencegahan primordial : Tujuan : untuk mencegah timbulnya pola hidup berisiko tinggi. Contoh: olahraga teratur, mencegah gaya hidup merokok, mencegah pencemaran udara, mencegah pola makan tinggi lemak
2)Pencegahan primer : Tujuan : mencegah agar penyakit tidak terjadi dengan mengendalikan agent dan faktor determinan. Contoh : Pemberian suplemen vitamin A pada anak-anak secara rutin dan berkala, Pemberian semua keperluan dasar yang memenuhi syarat kesehatan
3)Pencegahan sekunder : Tujuan : mengurangi keparahan penyakit dengan melakukan diagnosis dan pengobatan dini. Untuk penyakit tertentu dilakukan penapisan atau screening. Kriteria untuk melakukan screening: a)Penyakit (Parah, Prevalensi tinggi pada fase awal, Perjalanan penyakit telah dimengerti betul, Periode antara sakit ringan dan sakit keras cukup lama) b)Diagnosis (Fasilitas tersedia, Cara pengobatan dapat diterima masyarakat dan efektif) c)Pengujian (Sensitif dan spesifik, Mudah, murah, aman, Dapat diterima dan dipercaya).  
(4)Pencegahan tersier : Tujuan : mencegah terjadinya cacat, Contoh : Pengobatan penderita, Rehabilitasi penderita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar